Semoga sukaaa~
Destiny
Karya : Felissa K. Lobo
Pagi yang cerah di Panti Asuhan Gemilang, semuanya sudah melakukan aktivitas seperti biasanya. Sama seperti Rosa, gadis manis yang akrab dipanggil Ocha. “Pagi Cha,” sapa Luna, teman satu kamar Ocha. “Pagi,” balas Ocha, memamerkan senyum manisnya. “Yuk, buruan udah mau telat nih, belum juga mesti jemput Eros,” lanjut Ocha dengan mulut masih penuh dengan sarapan paginya. Tak berapa lama, sarapan Ocha sudah habis tak bersisa. Dengan menggandeng Luna, Ocha pun berpamitan dengan Ibu Ranti, pengurus di panti asuhan tempat Ocha tinggal. Secepat kilat, Ocha pun sudah sampai di depan rumah Eros, teman Ocha yang tinggal tidak jauh dari panti asuhan Ocha. “Hai, Eros, yuk langsung berangkat,” cerocosnya, sampai-sampai Ocha belum sempat mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Eros hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat Ocha yang kelebihan baterai.
Tidak salah
Ocha mengajak teman-temannya buru-buru, karena 5 menit setelah Ocha duduk
manis, bel pun berbunyi. Ocha, Luna, dan Eros bersekolah di tempat yang sama,
SMA Fajar Harapan. Ocha dan Luna berada di kelas X-1, sedangkan Eros berada di
kelas XI-2.
“Selamat pagi anak-anak. Keluarkan
kertas ulangan harian kalian, kita akan ulangan Matematika. Sekarang!” sahut
Pak Rido, guru Matematika yang terkenal killer.
Matilah aku! Mana belom belajar lagi, umpat Ocha dalam hati. Ocha
mengeluarkan kertas ulangan yang diminta sambil mendesah pelan. Seketika itu
juga, Ocha membelalakkan matanya yang sudah bulat melihat soal yang membuat
Ocha minta ditelan bumi seketika itu juga. Ugh, broken morning.
☼ ☼
☼
Sore harinya, Ocha menyempatkan diri untuk
bermain basket bersama Eros ditaman sekitar kompleks perumahan. Menyadari Ocha
yang kelihatan lesu, Eros memberanikan diri bertanya. “Kenapa, Cha? Kok
kayaknya lesu banget? Ada masalah?” Tanya Eros. Ocha terkisap. “Emm, iya nih,
tadi ulangan Mat mendadak, mana soalnya susah plus aku belom belajar tadi
malem. Pasrah deh, pasrah,” balas Ocha lemas. “Ya udah, kan masih banyak waktu
buat di kejar tuh nilainya. Jangan lemes gitu dooong!” hibur Eros sambil
tersenyum. Ocha membalas senyuman Eros. “Oke, gantian aku yang main!” sahut
Ocha sambil merebut bola basket dari Eros. “Battle?
” tantang Eros. Ocha menerima tantangan
itu. “Siapa takut?”
☼ ☼
☼
Mereka
menyempatkan diri untuk beristirahat saat poin menunjukkan angka yang seimbang.
“Ros, liat deh, ada 2 mawar putih tuh di bawah pohon itu,” Ocha menunjuk kearah
pohon beringin. Eros pun mengikuti arah jari Ocha. “Katanya, pohon itu pohon
keramat. Setiap hari Jumat, ada ibu-ibu yang menaruh mawar putih dibawah pohon
itu. Ibu itu kehilangan satu anak kembarnya, jadi dia mempercayai kalau ia
menaruh dua mawar putih tersebut, anaknya bakal kembali. Waah, keren ya ibu
itu. Salut!” jelas Ocha panjang lebar. Eros hanya bisa mengangguk-angguk. “Kamu
percaya sama itu, Cha?” Tanya Eros. Ocha tertegun mendengarnya. “Emm…Bisa
dibilang seperti itu. Hehehe…,” jawab Ocha.
“Udah
ah, ga usah bahas itu terus. Main lagi yu.. “
Bukk!! Ocha terjatuh dengan bahu
kanan mendarat duluan. “Aduhh!”
Eros
bergegas menuju tempat Ocha. “Kamu ngga apa-apa, Cha?” Eros membantu Ocha
berdiri. “Engga apa-apa kok, Ros, Cuma bahu kananku aja yang lumayan sakit,”
jawab Ocha sambil merintih kesakitan. Tiba-tiba Eros membopong Ocha masuk ke
rumahnya. “Tahan sebentar ya, Cha,” sahut Eros. Ocha hanya bisa mengangguk.
Sampai
di rumah Eros, Tante Nina, mama Eros, yang selalu membuat Ocha merasa memiliki
ibu. Tante Nina bergegas menghampiri Ocha di sofa ruang tamu dengan membawa
perlengkapan P3K. “Rosa, kenapa bisa gini? Tante obatin ya,” kata Tante Nina
menenangkan. “Iya, tante. Terima kasih ya, tante,” jawab Ocha. Perlahan-lahan Tante
Nina membuka luka pada bahu kanan Ocha di dalam bajunya. Saat membuka, Tante Nina
terpaku. Begitu juga Eros.
Ia
melihat tanda lahir yang persis sama.
Tanda
lahir anak kembarnya yang hilang.
Dengan
tergagap, Tante Nina bergumam. “A.. A.. Anakku! Rosa! Kamu anakku, Cha! Oh
terima kasih, Tuhan! Engkau membuatku selalu dekat dengan anakku!”
“T..
Tante? A.. aku anak tante yang selama ini hilang?” Tanya Ocha takut-takut. “Iya
nak, kamu anakku, Rosa,” jawab Tante Nina tanpa melepaskan pelukannya. “A.. Aku
boleh panggil tante.. M.. Mama?” Tanya Ocha dalam pelukan Tante Nina. “Tentu,
Nak… Kamu anak Mama…” jawab Tante Nina terisak.
“Eros,
dia adik kamu. Adik kamu yang selama ini hilang, Mama yakin!” Dengan yakin Eros
pun memeluk Ocha dan Mamanya. Terima kasih, Tuhan. Ucap Eros dalam hati.
Ocha
senang sekali. Ocha senang punya orang tua lagi. Ocha senang punya kakak sebaik
Eros. Ocha senang punya keluarga lagi. Dan itu membuat hidup Ocha sempurna.